Tulisan Terbaru

Wawasan baru maupun tips

Saat Kamu Bosan Dengan Karirmu

Great Resignation adalah tren ekonomi di mana pekerja melakukan pengunduran diri secara massal. Pada 2021 lalu tren ini terjadi di Amerika Serikat, Kanada, dan kemudian melebar ke Eropa. Hal yang melatarbelakangi terjadinya hal ini adalah menurunnya kepuasan hidup, stagnasi upah di tengah meningkatnya biaya hidup, tidak lagi memiliki inspirasi dalam kerja yang terjadi secara berkepanjangan, masalah keamanan dari pandemi COVID-19, dan keinginan untuk bekerja di perusahaan dengan kebijakan WFH.

Beberapa ekonom dunia menggambarkan Great Resignation sebagai serupa dengan pemogokan umum. Istilah Great Resignation sendiri diciptakan oleh Anthony Klotz, seorang profesor manajemen di School of Management University College London, pada Mei 2021. Dan hingga hari ini peristiwa tersebut masih berkelanjutan dan membuat banyak pemilik usaha dan industri teknologi jadi cemas.

Tapi mengapa mereka mengundurkan diri? Apakah hanya perkara upah atau keinginan WFH? Di Amerika dan dunia pada umumnya seseorang mengundurkan diri karena ingin memulai karir di tempat baru untuk upah yang lebih baik. Great Resignation sayangnya tidak diikuti dengan tren yang sama, mereka yang berhenti bekerja tidak mencari kerja baru dan memutuskan untuk tidak bekerja sama sekali.

Mereka menganggap pekerjaan yang selama ini dilakukan tidak memuaskan, hanya memberikan gaji tapi tidak menghadirkan kebahagiaan. Saat ada penelitian mengenai Great Resignation diketahui mereka yang mengundurkan diri adalah para profesional yang telah memiliki karir baik, keterampilan yang dibutuhkan industri, dan dibayar sangat layak.

Meski bekerja dengan baik tapi secara personal, kehidupan mereka tak teratur, tidak memiliki hubungan sosial yang baik, memiliki gangguan kesehatan karena bekerja berlebihan, dan tidak lagi menemukan cinta atau semangat pada pekerjaan yang dilakukan. Mereka merasa pekerjaan yang dulu dilakukan, membuat para pekerja ini tercerabut hidupnya.

Tidak hanya Great Resignation, seluruh industri dunia juga sedang diancam dengan adanya gejala Quiet Quitting, yaitu di mana seorang pekerja tidak langsung berhenti dari apa yang dilakukan, tapi sekedar melakukan tugas yang diberikan seadanya tanpa ada upaya untuk bekerja lebih baik. Seorang pekerja Quiet Quitting masih melakukan tugas seperti biasa, tetapi ia tidak lagi menganut mentalitas budaya kerja keras.

Beberapa tanda Quiet Quitting antara lain tidak menghadiri rapat tepat waktu, tidak mendengarkan arahan atasan dengan serius, meninggalkan kantor lebih awal, enggan belajar, mengurangi produktivitas, dan kurangnya gairah atau antusiasme saat bekerja, dan yang lebih buruk menganggap pekerjaan sebagai hal yang menyebalkan dan segera ingin pulang karena tak mau terkungkung dengan tugas sehari-hari.

Di Refactory kami percaya Indonesia adalah negeri besar dengan potensi sumberdaya digital yang dapat berkontribusi dalam transformasi digital dunia. Refactory adalah perusahaan Teknologi Informasi yang berkomitmen untuk memberdayakan masyarakat dengan mengenalkan mereka terhadap dunia pemrograman. Ini mengapa Program IP hadir untuk melakukan disprupsi terhadap cara kita belajar pemrograman.

Jika kamu merasa karirmu saat ini stuck, berhenti berkembang, dan tak lagi menarik. Ada baiknya kamu memulai karir sebagai programing. Ada banyak kursus pemrograman yang menawarkan dasar-dasar untuk menjadi programer, hanya saja Intensive Pairing Refactory adalah program pertama di Indonesia yang menawarkan kontrak kerja langsung selepas lulus dari bootcamp pemrograman!

Meski demikian tidak semua orang memiliki keterampilan yang sama. Ini mengapa ada proses onboarding dan pairing di Refactory. Proses ini penting karena menjadi awal adaptasi pekerja, mereka bisa mencari tahu apa yang diharapkan dari Refactory dan bagaimana proses pembelajaran kedepannya.

Proses belajar yang terpadu, mentor yang profesional, dan suasana kerja yang nyaman membuat banyak peserta Intensive Pairing merasa di rumah. Bahkan mereka terpacu untuk terus belajar, berkembang, dan meyakinkan diri bahwa tantangan hadir untuk diselesaikan. Tapi bagaimana sih skema atau tahapan pendidikan/pendampingan Intensive Pairing?

Dari awal peserta masuk hingga lulus tahap Pairing, mereka akan mengalami apa yang disebut sebagai onboarding. Onboarding adalah proses pengenalan lingkungan, cara kerja, metode pembelajaran, dan juga pengetahuan dasar tentang apa yang akan mereka kerjakan.

Di sini peserta IP akan mengalami onboarding selama seminggu, di dalamnya setiap peserta akan langsung disesuaikan dengan project kedepannya yang akan mereka masuki. Mereka belajar teknologi sesuai project-project yang akan ditugaskan. Selama seminggu akan dilakukan evaluasi dalam beberapa aspek terdiri dari kecepatan adaptasi, kemampuan menyelesaikan tugas, dan keaktifan peserta dalam bertanya.

Setelah melakukan onboarding mereka akan langsung masuk pairing di proyeknya. selanjutnya peserta akan didampingkan dengan engineer di Refactory, proses inilah yang disebut pair programming dimana setiap minggu akan ada evaluasi. Peserta diharapkan untuk terus mengerjakan daily activity seperti: WPM, duolingo, hackerrank, dan stack overflow. Di sana peserta IP akan terus diajari dan diharapkan bisa mencari sendiri solusi dari problem terhadap proyek yang diberikan.

Diharapkan dengan switch karir, kamu akan menemukan lagi passion hidup, keinginan untuk belajar dan mengembangkan diri. Tidak lagi mensabotase diri.

Refactory

Refactory adalah pengaktif teknologi digital di Indonesia. Sejak didirikan pada 2015 di Surabaya dan membuka Bootcamp kelas pertama pada 2017 di Bandung, Refactory telah berkembang melebihi Bootcamp dengan menambah berbagai solusi untuk memberdayakan anak-anak muda Indonesia melalui pemrograman, serta membantu perusahaan di tingkat nasional maupun mancanegara untuk merealisasikan potensi mereka.

Kantor Utama di Jl. Palagan Tentara Pelajar Km. 9,8 Sleman, DI Yogyakarta 55581 - Indonesia

© 2017-2024 PT. BIXBOX TEKNOLOGI PERKASA. All rights reserved.