Tulisan Terbaru

Wawasan baru maupun tips

Mengapa Harus Pakai Hallway Testing Dalam Pemrogaman?

Dalam Pemrograman Hallway Testing adalah teknik dan prinsip dalam pengujian kegunaan di mana individu acak digunakan untuk menguji produk dan interface Software. Ini berbeda dengan memilih individu berdasarkan keterampilan tertentu yang mungkin mereka miliki. Orang dengan latar belakang IT akan mudah paham cara kerja sebuah App, tapi berbeda dengan orang kebanyakan. Hallway Testing menjadi sarana untuk mencari tahu respon yang tepat bagi pengembang.

Gagasan di balik Hallway Testing dimulai sebagai alternatif untuk mempekerjakan personel terlatih atau bersertifikat untuk menguji perangkat lunak atau produk teknologi tertentu. Idenya adalah developer atau pengembang app mendatangkan orang-orang acak yang melewati kantor mereka, dan meminta mereka menguji produk yang sedang dikembangkan. Cara lain untuk memikirkannya adalah bahwa individu acak dikumpulkan dari jalan dan kemudian dikumpulkan di lorong sebelum mereka menguji produk yang sedang dikembangkan.

Beberapa ahli percaya bahwa menggunakan Hallway Testing dapat mengungkapkan hingga 95% masalah kegunaan dengan interface atau produk tertentu. Dalam beberapa hal, prinsip Hallway Testing mirip dengan gagasan lama "menempatkan 1000 monyet di 1000 mesin tik". Dari 1000 monyet yang ada pasti ada satu dua yang bisa membuat satu kata atau rangkaian kalimat yang benar.

Meski demikian, Hallway Testing, tidak selalu bisa diterima karena waktu yang lama dan membutuhkan audiens yang lumayan banyak. Dengan Hallway Testing, perusahaan dapat menguji sistem secara efektif tanpa berinvestasi pada audiens yang banyak. penguji bersertifikat atau pengguna lain yang keahlian atau pengalamannya mungkin mahal. Dalam banyak hal, Hallway Testing seperti mengembangkan fase pengujian beta, di mana produk atau interface dibatasi ke grup sampel acak sebelum dirilis ke publik.

Saat Refactory meluncurkan produk misalnya, kami selalu ingin pengguna aplikasi bisa menggunakan produk seperti yang kami inginkan. Melalui Hallway Testing hal yang jadi solusi yang tepat atas problem atau masalah. Harapannya makin banyak problem. Hallway Testing bisa menemukan problem sebelum disebar ke publik.

Terlebih lagi, hal ini dapat mengidentifikasi kendala yang muncul selama penggunaannya. Tidak ada penelitian yang akan menunjukkan kepada kami apa yang berguna dalam produk aplikasi yang dibuat selain user. Dan lebih baik lagi jika orang-orang tersebut tidak berada dalam konteks pekerjaan.

Katakanlah kami di Refactory akan merilis aplikasi, dan ingin mengetahui apakah aplikasi yang dibuat tepat guna, mudah dipahami, dan dapat digunakan oleh publik. Maka Hallway Testing bisa jadi cara yang paling baik untuk megetahuinya.

Inilah cara melakukan Hallway Testing.

Tim perlu menyiapkan prototipe produk atau aplikasi dan membagikannya dengan sekelompok pengguna. Selanjutnya, Refactory akan memerlukan prosedur untuk mengamati bagaimana persepsi "orang nyata" tentang produk yang dibuat. Apakah sudah sesuai atau tidak sama sekali.

Pengguna ini mungkin rekan sekantor yang tidak terlibat dalam pengembangan pembaruan atau bahkan hanya orang yang lewat secara acak. Wawancara tipikal akan memakan waktu 5 hingga 15 menit. Itu adalah Hallway Testing.

Mengapa Hallway Testing disebut seperti itu? Karena ini berasal dari istilah mengajak orang yang datang dari jalan-jalan di eropa atau Amerika yang seperti lorong. Orang diajak untuk melakukan tes dengan tiga hingga lima orang secara acak. Orang itu akan memberi feedback terhadap apa yang anda kerjakan, baik produk makanan ataupun jasa, dan feedback ini yang dapat ditindaklanjuti secepatnya.

Selain itu, Hallway Testing menghemat uang. Sebagai developer kita bisa memperbaiki sebagian masalah dalam aplikasi sebelum rilis sehingga Hallway Testing mempersingkat dan mengoptimalkan siklus pengembangan standar.

Omong-omong, tidak perlu benar-benar bertemu untuk melakukan “Hallway Testing” atau bahkan melakukan tes secara langsung. Karena, banyak perusahaan melakukan tes semacam itu dari jarak jauh karena penggunanya tersebar di seluruh dunia. Jadi bisa saja menggunakan link untuk uji coba produk aplikasi.

Sumber:

Refactory

Refactory adalah pengaktif teknologi digital di Indonesia. Sejak didirikan pada 2015 di Surabaya dan membuka Bootcamp kelas pertama pada 2017 di Bandung, Refactory telah berkembang melebihi Bootcamp dengan menambah berbagai solusi untuk memberdayakan anak-anak muda Indonesia melalui pemrograman, serta membantu perusahaan di tingkat nasional maupun mancanegara untuk merealisasikan potensi mereka.

Kantor Utama di Jl. Palagan Tentara Pelajar Km. 9,8 Sleman, DI Yogyakarta 55581 - Indonesia

© 2017-2024 PT. BIXBOX TEKNOLOGI PERKASA. All rights reserved.