Tulisan Terbaru

Wawasan baru maupun tips

Membangun Teknologi Yang Memprediksi Bencana Alam

Sebagai negara yang rawan bencana, sejauh ini Indonesia belum mengembangkan teknologi yang mampu memperkirakan bencana. Malah beberapa teknologi seperti alat pendeteksi Tsunami dan kamera pendeteksi letusan gunung, dicuri oleh warga yang tak memahami betapa vital alat tersebut.

Berbeda dengan Jepang yang menyadari negaranya sangat rawan bencana, pemerintah kita gagal memberikan pendidikan dasar kebencanaan. Apalagi, dari data World Bank tergambar, Indonesia menempati peringkat ke-12 dari 35 negara yang paling rawan bencana. Bahkan diperkirakan lebih dari 40% penduduk Indonesia terancam bencana.

Secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan lempeng Eurasia, Benua Indo-Australia, Samudera Hindia, dan Samudera Pasifik. Selain itu, Indonesia terletak di zona Ring of Fire di mana terdapat banyak sekali gunung api aktif. Aspek geografis ini menyebabkan Indonesia rawan bencana gempa bumi dan tsunami.

Jepang sebagai negara yang rawan tsunami dan gempa, telah membuat kurikulum pendidikan kebencanaan hingga level play group. Di Jepang, setiap warga negara tahu apa yang harus dilakukan saat ada seruan bencana, baik taifun atau tsunami. Kesadaran ini merupakan produk dari didikan yang dilakukan selama bertahun-tahun dan menjadi norma yang wajar bagi masyarakat Jepang.

Selain bencana geologi, bencana lain yang mengintai Indonesia adalah bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, kebakaran hutan, dan kekeringan. Masalahnya hingga saat ini, minim sekali kesadaran warga negara di Indonesia Terkait hal ini. Kita tetap membuang sampah di sungai meski sering terjadi banjir, tetap memotong pohon meski sadar tanah longsor, dan membabat hutan meski sering mengalami kekeringan.

Bencana alam menyebabkan ribuan kematian dan ratusan miliar dolar kerusakan properti setiap tahun. Di berbagai negara yang rawan bencana, menemukan cara untuk mengurangi dampak bencana adalah salah satu prioritas riset. Menyelamat nyawa dan melindungi infrastruktur dengan teknologi dan pendidikan, lebih murah daripada pemulihan pasca bencana.

Para ahli baik sarjana ilmu alam (geografi, cuaca, insinyur) dan programmer telah bekerja sama selama beberapa dekade untuk mencari solusi. Namun, mendeteksi bencana alam masih di luar jangkauan, meski demikian dengan kecerdasan buatan (AI) ada harapan yang menjanjikan. Menggunakan AI untuk manajemen bencana dapat menyelamatkan masyarakat, nyawa, dan mata pencaharian.

Menggunakan AI untuk Memprediksi Bencana Alam

Seiring berkembangnya teknologi AI, para peneliti dan programmer telah mulai bereksperimen dengan menggunakan sistem AI dalam deteksi bencana alam. Penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan buatan dapat menganalisis kumpulan informasi untuk melacak pola dan intensitas fenomena cuaca.

Bagaimana cara kerjanya?

Orang-orang telah menggunakan AI untuk membantu industri mulai dari perawatan kesehatan hingga layanan pelanggan selama bertahun-tahun, dan prinsip yang sama berlaku saat menggunakan teknologi ini untuk memprediksi bencana alam. Ilmuwan menyediakan sistem AI dengan kumpulan data yang komprehensif dan berkualitas tinggi berdasarkan peristiwa sebelumnya. AI kemudian menggunakan kumpulan data ini dengan data seismik real-time, informasi geografis, dan citra satelit untuk menemukan pola.

Misalnya di Indonesia daerah-daerah dengan curah hujan yang tinggi akan dipetakan, lalu memprediksi pergerakan angin untuk melihat daerah mana saja yang akan hujan. Dua tahun lalu terjadi hujan lebat di daerah Nusa Tenggara Timur dan Jakarta, hasilnya banjir lebat yang membuat daerah lumpuh. Tahun lalu hujan besar juga membuat Cianjur mengalami banjir bandang. Jika hal ini bisa diprediksi, korban bisa diminimalisir dan kerugian bisa dihindari.

Saat ini, AI dapat memprediksi beberapa jenis bencana alam, antara lain:

  • Gempa bumi: Peneliti dapat memberi informasi sistem AI dari pencitraan seismik untuk melatih mereka. AI menganalisis data untuk mempelajari tentang pola berbagai gempa bumi dan kemudian dapat memprediksi di mana gempa bumi dan gempa susulan mungkin terjadi. Meski sejauh ini belum ada teknologi yang bisa dengan pasti memperkirakan lokasi gempa, namun dengan melakukan analisis terhadap data gempa selama 30 tahun terakhir, kita bisa membuat perkirakan berdasarkan pola yang ada.

  • Letusan gunung berapi: Ketika peneliti memberikan informasi seismik dan geografis kepada AI, mereka bisa mendapatkan prediksi akurat tentang letusan gunung berapi di masa depan. DI Indonesia ada banyak sekali gunung aktif yang seringkali tak terprediksi. Gunung Merapi di Yogyakarta, Gunung Semeru di Lumajang, atau Kawah Ijen di Bondowoso. Jika kita bisa mengembangkan teknologi seismik yang dipadukan dengan AI, bukan tidak mungkin kita bisa memperkirakan letusan gunung.

  • Badai dan tornado: Sistem AI memantau citra satelit untuk memprediksi arah angin topan atau tornado. Teknologi yang ada juga dapat menentukan kekuatan badai. Indonesia yang berada di antara Laut Atlantik dan Pasifik memiliki cuaca yang sangat beragam. Dengan memperhatikan citra satelit, memperkirakan arah angin, dan juga muatan air dalam badai, semestinya kita bisa mencegah bencana banjir maupun tanah longsor.

Masa Depan AI Memprediksi Bencana Alam

Masa depan AI dalam memprediksi bencana alam masih sangat bisa berkembang, meski sistem ini memang memiliki keterbatasan, tapi dengan konsistensi kita akan bisa membuat hidup jadi lebih baik. Peneliti dan programer masih mencoba mengembangkan cara memprediksi banjir, memanfaatkan AI dengan menggunakan catatan curah hujan dan simulasi banjir.

Sistem AI juga berfungsi pada kumpulan data dari bencana alam di masa lalu. Seiring percepatan perubahan iklim, tren dan intensitas gempa bumi, banjir, dan angin topan juga berubah. Meski tidak sempurna, ada banyak potensi yang bisa kita raih. Untuk itu investasi di programmer yang memiliki pemahaman di bidang kebencanaan adalah hal yang perlu kita lakukan. Apalagi sebagai negara yang rawan bencana, hal ini adalah hal wajib yang perlu kita lakukan.

Sumber:

Refactory

Refactory adalah pengaktif teknologi digital di Indonesia. Sejak didirikan pada 2015 di Surabaya dan membuka Bootcamp kelas pertama pada 2017 di Bandung, Refactory telah berkembang melebihi Bootcamp dengan menambah berbagai solusi untuk memberdayakan anak-anak muda Indonesia melalui pemrograman, serta membantu perusahaan di tingkat nasional maupun mancanegara untuk merealisasikan potensi mereka.

Kantor Utama di Jl. Palagan Tentara Pelajar Km. 9,8 Sleman, DI Yogyakarta 55581 - Indonesia

© 2017-2024 PT. BIXBOX TEKNOLOGI PERKASA. All rights reserved.