Tulisan Terbaru
Wawasan baru maupun tips
Mengenal Konsep Ikigai Dalam Hidup
Manusia diberikan akal dan kelihaian berpikir. Dalam hal ini otak punya peran penting dalam keberlangsungan hidup kita. Saat bekerja, kita diberi kekuatan untuk menyelesaikan tugas fisik, sementara otak membantu kita berpikir cara terbaik dalam melaksanakannya. Banyak orang yang merasa bahwa bekerja adalah hal berat, sesuatu yang semestinya dilewatkan. Tapi benarkah demikian?
Berbeda dengan hewan, manusia bekerja untuk masa depan. Hewan hanya makan untuk bertahan hari ini. Jarang sekali ada hewan yang mencari makan dan menyimpan surplus makanan untuk bertahan hidup. Manusia mengembangkan keterampilan, mendapatkan upah, menabung, untuk jaminan di masa depan.
Binatang tidak menemukan solusi abadi untuk masalah kelangsungan hidup mereka. Ketika ini muncul, spesies tersebut menjadi punah atau hewan tersebut berakhir dengan bermetamorfosis untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan. Tidak demikian halnya dengan manusia, yang selain memiliki tubuh dan dua tangan, bukan cakar atau paruh, diberkahi dengan pikiran dan kehendak.
Indonesia sebagai negara tropis punya banyak sumberdaya, alamnya subur, buminya penuh dengan kandungan mineral, lautnya luas dengan berbagai jenis ikan. Kita bisa tumbuh dengan memanfaatkan segala sumberdaya ini. Bekerja untuk memperpanjang usia sekaligus untuk membuat kondisi hidup lebih baik. Meski pernah mengalami penjajahan dan perang, kita bisa bertahan dan hidup dalam kemerdekaan.
Salah satu contoh peradaban terbaik dari bekerja adalah bagaimana orang-orang Jepang bisa pulih pasca kekalahan di perang dunia kedua. Sejak 1945 mereka hanya butuh 15 tahun untuk bisa mengalami pemulihan ekonomi dan dua puluh tahun berikutnya mereka menjadi raksasa ekonomi dunia. Berbagai lini industri mereka, mulai dari pabrik manufaktur, perbankan, pendidikan, hingga aparatur sipil negara bisa mencapai level yang menakjubkan. Salah satunya mungkin karena ideologi Ikigai yang dianut.
Ikigai (ee-key-guy) adalah konsep Jepang yang menggabungkan istilah iki, yang berarti "hidup" atau "kehidupan", dan gai, yang berarti "manfaat" atau "nilai". Ketika digabungkan, istilah-istilah ini berarti apa yang memberi nilai, makna, atau tujuan hidup kita. Ikigai mirip dengan istilah Prancis "raison d'etre" atau "alasan keberadaan". Bekerja adalah bagian dari hidup, sehingga mereka tidak melepaskan bekerja dari hidup itu sendiri.
Menjadikan kerja sebagai bagian dari hidup, bukan hal yang diletakkan di luar hidup bisa jadi hal yang sensasional saat ini. Padahal konsep ini sudah ada sejak lama dan telah menjadi landasan bangunan peradaban yang maju. Orang-orang Jepang bekerja karena mereka percaya, bahwa apapun yang dilakukan dengan sungguh-sungguh, penuh totalitas, dan dilakukan dengan kegembiraan akan membawa dampak baik.
Setiap pekerjaan, apapun itu entah menjadi kurir, menjadi pengrajin tahu, pelukis, pengembang software, apabila dilakukan dengan serius, sebaik-baiknya, dan paham bahwa pekerjaan itu punya dampak pada peradaban, akan membuat individu itu mencapai Ikigai, alasan untuk hidup. Pertanyaannya kemudian, bagaimana cara membangun semangat tadi juga rasa percaya diri bahwa apa yang dilakukan punya dampak?
Ken Mogi, seorang ahli saraf dan penulis buku Awakening Your Ikigai, mengatakan bahwa ikigai adalah konsep kuno, yang dapat diterjemahkan secara sederhana sebagai “alasan untuk bangun di pagi hari” atau, lebih puitis, "bangun dengan sukacita." Seseorang yang bangun dengan kegembiraan dan memiliki tujuan, akan memiliki kinerja tinggi.
Saat kamu secara konsisten melakukan sesuatu yang disukai dan dikuasai, apalagi memiliki kemungkinan manfaat tambahan yang membawa nilai bagi kehidupan orang lain, kamu akan bekerja dengan semangat. Dalam kasus kita, pekerjaan sebagai programing adalah aktivitas yang memberi makna dan tujuan hidup. Karena setiap kode yang ditulis, setiap hal yang dibangun, kelak akan dipakai oleh masyarakat luas.
Penting untuk dicatat bahwa orang yang kehilangan semangat kerja biasanya percaya bahwa apa yang ia lakukan sepele. Lebih buruk lagi merasa bahwa yang dikerjakan tidak memiliki tujuan dan pemenuhan pribadi seseorang dalam hidup. Akibatnya, jangankan berguna untuk diri sendiri, ia tidak akan peduli jika yang dilakukan akan memiliki impact pada orang lain atau masyarakat pada umumnya.
Membangkitkan ikigai (yang bisa kita sederhanakan sebagai "tujuan hidup") dapat menghasilkan rasa kepuasan dan kebahagiaan yang lebih besar. Ilmuwan saraf, jurnalis, dan penganut ikigai telah menunjukkan keterkaitan antara umur panjang orang Jepang dan tujuan hidup mereka.
Di pulau Okinawa, Jepang, warganya rata-rata berusia panjang. Selama seratus tahun terakhir, warga Okinawa menemukan harmoni antara tujuan hidup, pekerjaan yang memberikan nilai, dan memberikan dampak pada sesamanya. Orang-orang di pulau Okinawa sejauh ini masih beraktivitas meski sudah berusia tua, mereka merasa apa yang dikerjakan adalah bagian dari hidup, lebih dari itu memberikan manfaat pada manusia lain.
Sampai di sini kita akan membahas, mengapa kamu bekerja dan apa yang kamu harapkan dari pekerjaan yang dilakukan saat ini?