Tulisan Terbaru

Wawasan baru maupun tips

Atasi Rasa Bosan Kerja Dengan Tantangan

Studi yang dilakukan oleh Dale Carniage Indonesia, Employee Engagement Among Millenials (2016), menyebut hanya 1 dari 4 tenaga kerja milenial yang fully engaged. Artinya, sangat sedikit kaum milenial yang loyal terhadap perusahaan, kontributif terhadap keuntungan, dan produktif dalam bekerja.

Ada banyak alasan mengapa pekerja tidak memiliki rasa memiliki terhadap pekerjaan dan perusahaan yang mempekerjakannya. Mulai dari gaji yang kecil, tidak adanya kepastian karir, jenjang karir yang tak jelas, hingga minimnya apresiasi terhadap kerja. Tapi apakah semua milenial tidak setia terhadap pekerjaannya?

Di Amerika Serikat, hanya 28,9 persen milenial yang fully engaged dengan pekerjaan mereka pada tahun 2014. Menurut analisis dari Gallup, hal itu disebabkan karena milenial tidak mendapatkan pekerjaan yang mereka harapkan setelah lulus dari universitas. Akibatnya, milenial tidak mendapatkan kesempatan yang optimal untuk menggunakan keunggulan terbaiknya karena pekerjaannya tidak sesuai dengan keahlian utama yang dimilikinya.

Di Indonesia milenial tidak memiliki kesetiaan karena alasan ekonomi. Mereka hanya fokus pada gaji tanpa peduli proses atau jenjang karir. Ada masalah ketimpangan antara ekspektasi dengan realita gaji yang ditawarkan perusahaan. Sebagai contoh, lulusan fakultas teknik berekspektasi mendapatkan gaji hingga Rp11 juta. Pada kenyataannya, rata-rata gaji untuk lulusan baru adalah Rp4,7 juta.

Industri sendiri akan memberikan gaji tinggi setimpal dengan kemampuan para pekerjanya. Artinya pengalaman, kemampuan, dan juga jejaring punya pengaruh penting terhadap besaran gaji. Realita ini menjadi salah satu pemicu milenial untuk pindah pekerjaan yang menawarkan tambahan gaji mengingat biaya makan dan transportasi yang semakin mahal, harapan membeli rumah, dan juga keinginan untuk punya tabungan besar.

Tapi mengapa banyak milenial yang merasa bosan dan tidak setia terhadap kantornya? Ini adalah beberapa faktor yang bisa jadi alasan:

  1. Tidak ada tantangan: Anak muda dapat merasa bosan jika pekerjaan mereka tidak menantang dan mereka merasa tidak memiliki kesempatan untuk berkembang dan belajar hal baru.

  2. Terlalu monoton: Pekerjaan yang terlalu monoton dapat membosankan bagi anak muda yang mencari variasi dan kreativitas dalam pekerjaan mereka.

  3. Kurangnya kreativitas: Anak muda yang memiliki jiwa kreatif sering merasa bosan jika pekerjaan mereka tidak memberikan kesempatan untuk berekspresi dan menggunakan ide-ide mereka.

  4. Kurangnya feedback: Anak muda dapat merasa bosan jika mereka tidak menerima umpan balik yang memotivasi dan membantu mereka untuk berkembang.

  5. Kurangnya kolaborasi: Anak muda yang menyukai bekerja sama dapat merasa bosan jika pekerjaan mereka tidak memiliki kesempatan untuk bekerja sama dengan orang lain dan bekerja pada proyek bersama.

  6. Kurangnya visi dan tujuan: Anak muda dapat merasa bosan jika mereka tidak memiliki visi dan tujuan jelas untuk pekerjaan mereka dan mereka tidak merasa terhubung dengan misi organisasi.

Untuk itu kami di Refactory percaya tantangan adalah cara membuat para pekerja bisa setia dan terus berkembang. Dalam program Intensive Pairing misalnya, kami mengajak para peserta untuk terjun ke real project. Di dalamnya mereka akan berinteraksi dengan tugas-tugas yang diberikan senior engineer. Tidak hanya sekedar tugas, tapi bagian dari aplikasi nyata yang dipakai di Industri.

Tantangan ini akan terus berkembang seiring bertambahnya waktu. Para engineer akan ditantang untuk bisa menguasai semua stack yang ada. Mereka bisa mengerjakan front end, back end, hingga mobile. Artinya setiap saat ada proyek yang masuk, masing-masing programmer akan bisa beradaptasi dan mengerjakan tugas dengan baik.

Sejauh ini real project dan metode pembelajaran semua stack ini membuat banyak pekerja jadi setia. Mereka belajar hal baru, mengembangkan pemahaman yang berbeda setiap proyek, sehingga bisa menghasilkan best practice untuk setiap tugas yang masuk. Hal ini tidak hanya menambah value mereka sebagai programmer, tapi juga memberikan hasil yang sepadan dari penghasilan yang didapat.

Kami berharap setiap orang bisa menjadi yang terbaik melalui praktik. Ini mengapa dalam manifesto Refactory kerja nyata menjadi yang paling utama. Meski teori itu penting, kami menganggap praktik sebagai hal yang harus dilakukan. Kamu tak hanya bisa bicara tapi juga mengerjakannya.

Sumber:

Refactory

Refactory adalah pengaktif teknologi digital di Indonesia. Sejak didirikan pada 2015 di Surabaya dan membuka Bootcamp kelas pertama pada 2017 di Bandung, Refactory telah berkembang melebihi Bootcamp dengan menambah berbagai solusi untuk memberdayakan anak-anak muda Indonesia melalui pemrograman, serta membantu perusahaan di tingkat nasional maupun mancanegara untuk merealisasikan potensi mereka.

Kantor Utama di Jl. Palagan Tentara Pelajar Km. 9,8 Sleman, DI Yogyakarta 55581 - Indonesia

© 2017-2024 PT. BIXBOX TEKNOLOGI PERKASA. All rights reserved.