Tulisan Terbaru

Wawasan baru maupun tips

Mengapa Membuat Super App tidak Murah?

Dalam satu kesempatan Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyebut bahwa Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) seharusnya mengambil tindakan tegas terhadap vendor yang menjual aplikasi kepada pemerintah yang dianggap tidak perlu. Saat ini ada sebanyak 27.000 aplikasi yang dimiliki oleh pemerintah lewat vendor dianggap hanya membuat boros anggaran.

Luhut mengkritik praktik pembelian aplikasi melalui vendor yang dilakukan oleh beberapa kementerian. Padahal, menurutnya, sebenarnya aplikasi-aplikasi tersebut bisa saja dibuat oleh pegawai pemerintah yang ahli di bidang teknologi informasi. Hal ini bisa menghemat anggaran yang bisa digunakan untuk kepentingan lain yang lebih penting.

Luhut meyakini anak bangsa bisa melakukannya tanpa perlu biaya yang tinggi. Ia mencontohkan aplikasi PeduliLindungi yang sukses dikembangkan saat pandemi lalu. Luhut juga menekankan digitalisasi merupakan salah satu pilar ekonomi Indonesia untuk menjadi negara maju selain dengan hilirisasi, dana desa dan harga komoditas.

"Saya diberitahu Pak Anas (Menteri PAN RB Abdullah Azwar Anas) di Indonesia ini banyak anak muda hebat-hebat yang membuat aplikasi-aplikasi di kementerian, lembaga, pemda dan sebagainya. Ayo Anda bekerja. Tidak pakai uang-uang mahal-mahal semua itu dan saya yakin bisa. Haqqul yaqin karena pengalaman di Covid-19 kemarin," katanya.

Tapi apakah benar membuat aplikasi tidak perlu mahal? Dan benarkah pembuatannya bisa disusun dalam proses singkat yang tidak memerlukan proses serius? Pada praktiknya membuat super app tidak mudah karena membutuhkan investasi besar dalam pengembangan, pemasaran, dan infrastruktur teknologi yang canggih.

Selain itu, mempertahankan dan mengembangkan super app juga membutuhkan biaya yang signifikan dalam hal pengembangan fitur baru, memperbarui teknologi, dan memastikan keamanan dan kinerja yang optimal. Selain biaya pengembangan, ada juga biaya operasional yang terkait dengan memperoleh dan mempertahankan pelanggan, memproses pembayaran, dan mengelola logistik.

Oleh karena itu, membuat super app bukanlah tugas yang mudah dan membutuhkan sumber daya finansial dan teknologi yang kuat. Meski demikian bukan berarti di Indonesia tak ada talenta muda yang bisa membuat aplikasi super. Ada anak muda di Indonesia yang memiliki reputasi internasional dan memiliki rekam jejak pembuatan aplikasi tingkat dunia, masalahnya jumlah mereka sangat terbatas.

Pada 2019 pemerintah memperkirakan setiap tahunnya dibutuhkan Programmer Bermutu sebanyak 600 ribu orang. Sementara, dari total 4.000 kampus di Indonesia hanya 20 persennya saja yang memiliki program studi Teknologi Informasi dan Komputer. Jadi kebutuhan programmer 600rb setahun tapi cuma bisa dapat 150-200rb engineer, itupun belum siap kerja.

Saat ini programmer yang baik susah didapat karena permintaan yang tinggi dan persaingan yang ketat dalam industri teknologi. Industri teknologi saat ini berkembang pesat dan membutuhkan banyak tenaga ahli di bidang pemrograman untuk mengembangkan dan memelihara produk dan layanan teknologi. Permintaan yang tinggi ini menciptakan persaingan yang ketat di antara perusahaan-perusahaan teknologi dalam merekrut programer yang berkualitas dan berpengalaman.

Selain itu, kemampuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menjadi programmer yang baik juga sangat kompleks dan teknis. Programmer yang baik harus memiliki pemahaman yang kuat tentang bahasa pemrograman, arsitektur sistem, desain software, dan sejumlah teknologi terkait lainnya. Karena itu, perusahaan cenderung memilih programmer dengan pengalaman yang relevan dan keterampilan teknis yang kuat untuk memastikan kualitas dan kehandalan produk dan layanan teknologi yang mereka kembangkan.

Kurangnya programmer yang berkualitas juga dapat disebabkan oleh kurangnya pelatihan dan pendidikan dalam bidang pemrograman di beberapa negara atau wilayah. Oleh karena itu, beberapa perusahaan juga terlibat dalam inisiatif pelatihan dan pendidikan untuk meningkatkan jumlah dan kualitas programmer yang tersedia.

Untuk menjadi programmer yang baik, seseorang harus melewati proses yang panjang dan berkelanjutan. Hal ini dikarenakan karena pemrograman merupakan bidang yang kompleks dan memerlukan pengetahuan teknis dan keterampilan yang kuat untuk dapat membuat software atau aplikasi yang handal dan efektif. Ini semua membutuhkan biaya yang tidak murah.

Proses untuk menjadi programmer yang baik biasanya melibatkan belajar tentang bahasa pemrograman, algoritma, struktur data, dan teknologi terkait lainnya. Selain itu, programmer yang baik juga harus memiliki keterampilan dalam analisis masalah, desain sistem, dan pengujian software. Selama proses belajar, seseorang harus terus berlatih dan mencoba membuat project-project kecil untuk memperkuat keterampilan pemrograman mereka.

Ini mengapa kami membuat program Intensive Pairing, di mana seseorang bisa belajar dengan cepat dipandu dengan programer senior. Dalam prosesnya tentu ada yang gugur, meski bukan karena tidak berbakat, tapi lebih karena tidak memiliki kualitas yang diinginkan oleh Refactory. Dari 300 orang pendaftar, mungkin hanya 3-5 orang yang lolos dan ini jelas sangat ketat dan susah.

Maka dari itu jika pemerintah berharap anak muda Indonesia bisa membuat super apps yang murah dan tidak mahal, mereka sebenarnya tidak menghargai kerja keras dan proses dari pembelajaran pemrograman itu sendiri.

Refactory

Refactory adalah pengaktif teknologi digital di Indonesia. Sejak didirikan pada 2015 di Surabaya dan membuka Bootcamp kelas pertama pada 2017 di Bandung, Refactory telah berkembang melebihi Bootcamp dengan menambah berbagai solusi untuk memberdayakan anak-anak muda Indonesia melalui pemrograman, serta membantu perusahaan di tingkat nasional maupun mancanegara untuk merealisasikan potensi mereka.

Kantor Utama di Jl. Palagan Tentara Pelajar Km. 9,8 Sleman, DI Yogyakarta 55581 - Indonesia

© 2017-2024 PT. BIXBOX TEKNOLOGI PERKASA. All rights reserved.