Tulisan Terbaru

Wawasan baru maupun tips

Mengapa Orang Indonesia Gemar Berhutang Menggunakan PayLater?

Meski Indonesia saat ini sedang berada di antara krisis ekonomi, ternyata banyak orang yang tidak menganggap hal ini sesuatu yang mengkhawatirkan. Hal ini bisa dilihat dari meningkatnya volume pinjaman online melalui platform PayLater. Dalam lima tahun terakhir, meski sempat mengalami pandemi, konsumsi kita terus terjadi dan orang tetap berbelanja.

Fenomena ini bukan hanya terjadi di Indonesia saja, tapi dapat ditemui secara global. Bisnis "buy now, pay later" terus meningkat dalam dua tahun terakhir. Sejumlah pelaku usaha di lini bisnis PayLater pun menikmati gurihnya bisnis PayLater. Kebanyakan malah mengaku mengalami peningkatan volume transaksi setiap tahunnya.

Laporan Moody's Investors Service pada Agustus 2022 menyebutkan bahwa layanan PayLater telah tumbuh subur di Asean dalam dua tahun terakhir. Asumsi awal yang menyebut pandemi akan mengurangi belanja ternyata salah. Pertumbuhan itu salah satunya disebabkan oleh adanya pandemi Covid-19 dan transaksi melalui e-commerce yang meningkat.

Sementara itu, Co-Founder & COO Xendit Group Tessa Wijaya mengatakan, pertumbuhan PayLater yang notabene sebagai metode pembayaran baru meningkat 10x lebih besar di tahun 2022, walaupun secara jumlah masih kecil. Hal ini, kata Tessa, menunjukkan konsumen semakin tertarik untuk menggunakan layanan PayLater, sementara untuk kartu kredit peningkatannya 6 kali dan e-money 5 kali.

Semetara itu Forbes menuliskan adanya pertumbuhan hutang konsumtif yang disebut sebagai fenomena "buy now, pay later". Opsi "buy now, pay later" (BNPL) dalam belanja online selama periode ketidakpastian ekonomi. Artikel ini mengutip data dari Adobe Analytics, yang menunjukkan bahwa penggunaan BNPL meningkat sebesar 215% pada bulan Maret 2023 dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya.

Forbes mencatat bahwa penggunaan BNPL dapat memberikan manfaat bagi konsumen yang mencari cara untuk membeli barang-barang yang mereka butuhkan tanpa harus membayar sejumlah besar uang sekaligus. Namun, artikel ini juga mengingatkan bahwa penggunaan BNPL dapat menyebabkan masalah keuangan jika tidak diatur dengan baik, terutama jika pembeli mengambil terlalu banyak kredit atau tidak mampu membayar kembali hutang mereka.

Bagaimana peningkatan penggunaan BNPL dapat memengaruhi bisnis ritel dan platform e-commerce. Toko online dan perusahaan e-commerce dapat memanfaatkan penggunaan PayLater untuk meningkatkan penjualan dan mempertahankan pelanggan dengan menawarkan opsi pembayaran yang lebih fleksibel. Di sisi lain, toko offline mungkin harus mencari cara untuk bersaing dengan opsi pembayaran yang lebih fleksibel ini.

Dalam konteks ketidakpastian ekonomi, hal ini justru mendorong orang untuk lebih banyak berbelanja. Tentu dampaknya berbeda terhadap konsumen, bisnis ritel, dan platform e-commerce. Bagi konsumen konsumerisme yang dibiayai oleh hutang bisa jadi baik dan buruk tergantung dari kebutuhan. Sayangnya banyak orang Indonesia menggunakan PayLater untuk hutang konsumtif.

Konsumerisme buruk karena mengarah pada konsumsi berlebihan yang dapat memiliki dampak negatif pada lingkungan dan masyarakat. Konsumerisme berfokus pada keinginan untuk membeli barang-barang baru dan terbaru, terlepas dari apakah kita benar-benar membutuhkannya atau tidak. Hal ini dapat menyebabkan produksi barang yang berlebihan, peningkatan limbah, dan penggunaan sumber daya alam yang berlebihan.

Selain itu, konsumerisme dapat menyebabkan peningkatan hutang konsumen dan kerentanan finansial. Saat kita terus-menerus membeli barang-barang baru dan terbaru, kita dapat terjebak dalam siklus hutang yang sulit untuk keluar, terutama jika kita mengandalkan kartu kredit atau pinjaman konsumen untuk membeli barang-barang tersebut.

Marshall Lux, Peneliti Harvard Kennedy School dalam studinya mengenai PayLater baru-baru ini mengaku khawatir kemudahan yang ditawarkan bisa membuat utang meledak ketika situasi keuangan masyarakat memburuk. Pengguna PayLater yang kebanyakan gen Z dan milenial disebut tertarik pada layanan ini karena menghindari bunga kartu kredit, sejalan dengan tawaran bunga nol persen pay later untuk periode pinjaman tertentu.

"Dengan segala sesuatu yang terjadi dalam perekonomian, PayLater tidak mendapat perhatian yang layak. Sementara itu, kaum muda dan orang-orang yang tidak memiliki rekening bank sangat dirugikan, berpotensi merusak skor kredit mereka selama bertahun-tahun," katanya.

Dalam banyak kasus orang Indonesia menjadi membeli lebih dari seharusnya (kemampuan mereka) atau melakukan pembelian impulsif. Dampaknya adalah hutang yang menumpuk dan seringkali berujung pada ketidakmampuan membayar. Jika ini terjadi bisa berujung pada penagihan oleh debt collector dan pada banyak kasus malah mempermalukan si konsumen.

Tanpa disadari, sering menggunakan pay later ternyata juga berdampak terhadap kredit skor seseorang. Pada dasarnya, pay later dan kartu kredit memiliki prinsip yang serupa dan dapat berdampak pada kredit skor pribadi jika tidak digunakan dengan bijak. Karena salah satu penilaian paling mendasar yang diterapkan oleh lembaga keuangan untuk menyetujui pengajuan kredit adalah dengan mengecek kelayakan debitur melalui kredit skoring.

Untuk itu pemanfaatan PayLater semestinya digunakan untuk kebutuhan primer dan alat pembayaran saja. Artinya setiap akhir bulan kita melunasi hutang tersebut tanpa membuat hutang baru. Konsumerisme adalah jebakan yang membuat kita merasa perlu banyak hal untuk bisa bahagia.

Refactory

Refactory adalah pengaktif teknologi digital di Indonesia. Sejak didirikan pada 2015 di Surabaya dan membuka Bootcamp kelas pertama pada 2017 di Bandung, Refactory telah berkembang melebihi Bootcamp dengan menambah berbagai solusi untuk memberdayakan anak-anak muda Indonesia melalui pemrograman, serta membantu perusahaan di tingkat nasional maupun mancanegara untuk merealisasikan potensi mereka.

Kantor Utama di Jl. Palagan Tentara Pelajar Km. 9,8 Sleman, DI Yogyakarta 55581 - Indonesia

© 2017-2024 PT. BIXBOX TEKNOLOGI PERKASA. All rights reserved.