Tulisan Terbaru

Wawasan baru maupun tips

Bank Digital Mendisrupsi Bank Konvensional

Dua bulan terakhir industri finansial dunia, terutama perbankan, diliputi kegelisahan. Kebangkrutan Silicon Valley Bank dan skandal Credit Suisse membuat banyak nasabah menjadi ragu. Selama ini bank dianggap sebagai institusi keuangan yang kokoh dan dapat menjamin tabungan warga, tapi seiring dengan pertumbuhan ekonomi dunia, peran bank konvensional makin dipertanyakan.

Dengan adanya internet dan teknologi, industri finansial kini berusaha mengembangkan bank digital. Bank digital atau digital banking adalah institusi keuangan yang menyediakan layanan perbankan secara online melalui aplikasi mobile atau situs web. Artinya banyak nasabah yang dulu harus datang ke bank untuk mengurus transaksi keuangan, kini tak perlu pergi kemanapun dan hanya perlu membuka ponsel saja.

Bank digital telah mengubah cara orang bertransaksi dan mengelola keuangan mereka dengan menawarkan kemudahan, kecepatan, dan biaya yang lebih rendah dibandingkan dengan bank konvensional. Ini mengapa pertumbuhan bank digital telah mengubah perilaku finansial kita. Mulai dari pengajuan pinjaman, membuka rekening, hingga melakukan transfer.

Bank digital sudah mulai berkembang di industri keuangan Indonesia selama beberapa tahun terakhir. Platform baru terus bermunculan dari perusahaan yang telah ada maupun perusahaan baru. Secara umum bank digital tetaplah layanan perbankan, namun kini fokus pelayanannya terpusat melalui aplikasi mobile yang dirilis.

Di Indonesia, belum ada regulasi yang spesifik mengatur bank digital, sehingga saat ini masih bertumpu pada aturan bank umum dalam POJK No.12/POJK.03/2021. Adapun secara regulasi bank digital didefinisikan sebagai bank berbadan hukum Indonesia yang menyediakan dan menjalankan kegiatan usaha terutama melalui saluran elektronik tanpa kantor fisik selain kantor pusat atau menggunakan kantor fisik yang terbatas. Potensi bank digital di Indonesia

Menurut Global Industry Analysts Inc., ukuran pasar global untuk bank digital diperkirakan sudah mencapai $12,1 miliar pada 2020. Diproyeksikan bertumbuh sampai $30,1 miliar pada 2026 mendatang dengan CAGR 15,7%. Segmen perbankan ritel diperkirakan mengalami pertumbuhan terbesar dengan 14,3% CAGR, bernilai $14,3 miliar.

Menariknya, pangsa pasar bank digital juga terbagi ke dalam banyak segmen. Menurut laporan bertajuk "New Banks in the 4th Industrial Revolution", terdapat beberapa jenis inisiatif bank digital, mulai dari betabank, neobank, challengers, big tech, sampai retailer bank. Masing-masing memiliki proposisi nilai yang berbeda.

Tapi mengapa bank digital makin diminati di Indonesia? Barangkali karena bank digital memungkinkan pelanggan untuk melakukan transaksi keuangan dari mana saja dan kapan saja, tanpa harus datang ke kantor bank. Pelanggan dapat melakukan setoran, transfer, pembayaran tagihan, dan bahkan membuka rekening baru melalui aplikasi mobile atau situs web.

Selain itu bank digital memiliki biaya operasional yang lebih rendah dibandingkan dengan bank konvensional, sehingga dapat menawarkan produk dan layanan dengan biaya yang lebih rendah atau bahkan gratis. Banyak bank digital yang bahkan memberikan layanan khusus transfer antar bank yang tidak dipungut biaya. Hal ini malah membuat bank digital lebih diminati daripada bank konvensional.

Dari sisi perkembangan teknologi, bank digital kerap memanfaatkan inovasi terkini seperti kecerdasan buatan, blockchain, dan big data untuk meningkatkan pengalaman pelanggan dan mempercepat proses perbankan. Sehingga mereka lebih aman dan lebih bisa dipercaya. Meski demikian bank digital masih juga memiliki potensi peretasan yang sama dengan bank digital.

Ini kenapa banyak bank digital yang melakukan investasi pada keamanan digital. Karena transaksi dilakukan secara online dan dapat terancam oleh serangan siber atau kejahatan online. Oleh karena itu, bank digital biasanya memiliki fitur keamanan tambahan seperti otentikasi dua faktor, enkripsi data, dan pemantauan keamanan yang lebih ketat.

Bank digital juga dapat memberikan layanan yang lebih cepat dan responsif dibandingkan dengan bank konvensional karena tidak terikat oleh jaringan kantor cabang fisik yang luas. Dengan bertambahnya kelompok usia baru, banyak anak muda memanfaatkan bank digital karena fiturnya. Bank digital melayani anak muda yang semakin mengandalkan teknologi dan lebih memilih melakukan transaksi secara online.

Hal inilah yang membuat bank digital mampu bersaing dengan bank konvensional dan mendisrupsi industri perbankan tradisional. Namun, bank konvensional juga berusaha untuk menyesuaikan diri dengan teknologi dan meningkatkan layanan mereka, sehingga persaingan antara bank digital dan bank konvensional tetap sengit.

Bank konvensional memiliki kantor cabang fisik yang dapat diakses oleh pelanggan untuk melakukan transaksi atau mendapatkan layanan. Sedangkan bank digital tidak memiliki kantor cabang fisik dan semua transaksi dilakukan secara online melalui aplikasi mobile atau situs web. Sehingga mobilitas yang ada bisa lebih unggul daripada bank konvensional.

Refactory

Refactory adalah pengaktif teknologi digital di Indonesia. Sejak didirikan pada 2015 di Surabaya dan membuka Bootcamp kelas pertama pada 2017 di Bandung, Refactory telah berkembang melebihi Bootcamp dengan menambah berbagai solusi untuk memberdayakan anak-anak muda Indonesia melalui pemrograman, serta membantu perusahaan di tingkat nasional maupun mancanegara untuk merealisasikan potensi mereka.

Kantor Utama di Jl. Palagan Tentara Pelajar Km. 9,8 Sleman, DI Yogyakarta 55581 - Indonesia

© 2017-2024 PT. BIXBOX TEKNOLOGI PERKASA. All rights reserved.