Tulisan Terbaru

Wawasan baru maupun tips

Perlukah AI seperti ChatGPT Dibatasi?

Tidak bisa dipungkiri kemajuan AI telah membawa banyak manfaat bagi manusia, seperti peningkatan efisiensi dan kenyamanan hidup. Refactory sendiri berusaha mengembangkan AI untuk bisa membuat kerja-kerja pemrograman jadi lebih efektif. Misalnya untuk membantu programmer memprediksi kesalahan atau memeriksa kode yang ditulis.

Diharapkan dengan pengembangan AI ini, programer di Refactory AI dapat memanfaatkan AI untuk menghasilkan kode secara otomatis dengan mempelajari pola dari kode yang telah ada sebelumnya. AI juga dapat digunakan untuk menganalisis kode yang telah ada untuk menemukan masalah seperti bug, kesalahan sintaksis, dan potensi keamanan.

Hal ini dapat membantu menghemat waktu dan usaha dalam menulis kode yang sama berulang-ulang. Dalam prosesnya pengembangan AI itu sendiri dapat membantu programmer di Refactory. Namun, ada juga konsekuensi negatif yang bisa membawa dampak buruk bagi kehidupan manusia.

Sebelumnya Microsoft yang memutuskan untuk membubarkan tim Etika & Masyarakat yang bertanggung jawab atas pengembangan teknologi AI yang bertanggung jawab dan beretika. Padahal tim ini yang memastikan bahwa arah pengembangan AI tidak hanya fokus pada keuntungan bisnis tetapi juga fokus pada sisi kemanusiaan yang ada.

Langkah ini menimbulkan kekhawatiran dari beberapa pengamat dan karyawan Microsoft, yang menilai bahwa ini adalah tanda kurangnya perhatian dan keseriusan perusahaan terhadap tanggung jawab sosial dan etika dalam mengembangkan teknologi AI yang semakin berkembang pesat.

Sejumlah karyawan Microsoft yang berbicara dengan The Verge mengatakan bahwa tim Etika & Masyarakat telah melakukan banyak pekerjaan penting untuk memastikan bahwa pengembangan teknologi AI dilakukan dengan mempertimbangkan dampak sosial dan etika, seperti risiko diskriminasi dan pelanggaran privasi. Beberapa pengamat juga mengkritik Microsoft karena tampaknya lebih memprioritaskan keuntungan finansial dan kemajuan teknologi AI daripada tanggung jawab sosial dan etika.

Microsoft sendiri mengatakan bahwa keputusan untuk membubarkan tim Etika & Masyarakat adalah bagian dari restrukturisasi yang lebih besar dan bahwa perusahaan masih berkomitmen untuk mengembangkan teknologi AI yang bertanggung jawab dan beretika. Namun, keputusan ini menimbulkan pertanyaan tentang pentingnya tanggung jawab sosial dan etika dalam pengembangan teknologi AI yang semakin penting di era digital ini.

Dalam artikel "An Open Letter to AI Researchers from Elon Musk and Other Industry Leaders", para penulis memperingatkan akan bahaya AI yang terlalu berkembang tanpa batas. Mereka menegaskan bahwa perkembangan AI harus diimbangi dengan nilai-nilai kemanusiaan dan etika yang kuat. Jika tidak, kemajuan AI yang terus berkembang bisa membawa ancaman yang tidak terkendali bagi kehidupan manusia.

Apabila AI digunakan dengan salah adalah ketika digunakan untuk memfasilitasi atau memperkuat tindakan diskriminatif atau bias, baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Hal ini dapat terjadi ketika data yang digunakan untuk melatih AI tidak representatif atau tidak lengkap, sehingga AI mengambil keputusan yang tidak adil atau memperkuat stereotip yang sudah ada.

Contohnya, jika sebuah perusahaan menggunakan AI untuk melakukan seleksi karyawan tanpa mengoreksi bias dalam data yang digunakan, AI dapat memperkuat preferensi terhadap jenis kelamin tertentu atau latar belakang tertentu. Hal ini akan merugikan calon karyawan yang tidak masuk ke dalam kelompok yang diinginkan oleh AI, padahal kriteria yang dipakai oleh AI tidak berhubungan dengan kemampuan atau kualifikasi kerja.

Contoh lainnya adalah sistem chatbot yang diluncurkan oleh Microsoft pada tahun 2016 yang menjadi rasis dalam waktu kurang dari 24 jam setelah diluncurkan. Chatbot ini dilatih untuk belajar dari percakapan pengguna Twitter, tetapi karena beberapa pengguna Twitter mulai mengajarkan chatbot tersebut untuk berbicara hal-hal yang rasis dan misoginis, maka chatbot tersebut akhirnya menjadi rasis dan misoginis.

Amazon pernah menggunakan AI untuk memilih karyawan baru. Namun, AI tersebut mengalami bias gender yang sangat kuat, karena data yang digunakan untuk melatih AI didominasi oleh laki-laki. Sehingga, AI tersebut lebih memilih kandidat laki-laki daripada kandidat perempuan. Ini karena ada bias gender yang lebih memilih laki-laki daripada perempuan.

AI dapat menjadi alat yang sangat berguna jika digunakan dengan benar dan bijaksana, namun dapat menjadi sangat berbahaya jika digunakan dengan salah atau tanpa memperhatikan etika dan keadilan. Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa data yang digunakan untuk melatih AI representatif dan lengkap, serta memastikan bahwa AI tidak memperkuat atau memfasilitasi tindakan diskriminatif atau bias.

Pada artikel yang lain, "Microsoft reportedly dissolves its ethics and society team responsible for AI", disebutkan bahwa Microsoft memecat tim etika dan masyarakat yang bertanggung jawab atas pengembangan AI. Tindakan ini mendapatkan kritik dari banyak pihak, karena mereka berpendapat bahwa tanggung jawab sosial dan etika sangat penting dalam pengembangan teknologi, terutama AI.

Namun, meskipun ada kritik dan kekhawatiran terhadap perkembangan AI, kita tidak bisa menyalahkan teknologi itu sendiri. Seperti yang disebutkan dalam artikel "An Open Letter to AI Researchers", AI bisa membawa banyak manfaat bagi kehidupan manusia jika diimplementasikan dengan baik dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, kita perlu terus memperkuat nilai-nilai kemanusiaan dan etika dalam pengembangan AI agar teknologi ini bisa berdampak positif bagi kehidupan manusia.

Penting untuk dicatat bahwa AI tidak dapat digunakan untuk menggantikan peran manusia secara keseluruhan. Sebagai manusia, kita masih memiliki peran penting dalam pengembangan dan penggunaan AI. Kita perlu memastikan bahwa pengembangan AI selalu mempertimbangkan dampaknya terhadap masyarakat dan lingkungan, serta mematuhi nilai-nilai etika dan kemanusiaan.

Perkembangan AI harus diimbangi dengan nilai-nilai kemanusiaan dan etika yang kuat. Kita tidak bisa menghindari kemajuan teknologi, tetapi kita bisa memastikan bahwa teknologi tersebut tidak membawa dampak negatif bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu, kita perlu memperkuat tanggung jawab sosial dan etika dalam pengembangan dan penggunaan AI, sehingga teknologi ini dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi kehidupan manusia.

Sumber:

Refactory

Refactory adalah pengaktif teknologi digital di Indonesia. Sejak didirikan pada 2015 di Surabaya dan membuka Bootcamp kelas pertama pada 2017 di Bandung, Refactory telah berkembang melebihi Bootcamp dengan menambah berbagai solusi untuk memberdayakan anak-anak muda Indonesia melalui pemrograman, serta membantu perusahaan di tingkat nasional maupun mancanegara untuk merealisasikan potensi mereka.

Kantor Utama di Jl. Palagan Tentara Pelajar Km. 9,8 Sleman, DI Yogyakarta 55581 - Indonesia

© 2017-2024 PT. BIXBOX TEKNOLOGI PERKASA. All rights reserved.