Tulisan Terbaru
Wawasan baru maupun tips
Post-Vacation Blues? Atasi dengan Disiplin
Setelah libur panjang banyak pekerja yang merasa sedih dan malah malas kembali ke kantor. Peristiwa ini banyak disebut sebagai Post-vacation blues, atau kecemasan usai liburan. Penyebabnya beragam, bisa karena mereka ingin liburan lebih lama, atau takut membayangkan pekerjaan yang akan datang. Meski demikian Kecemasan pasca liburan adalah istilah untuk emosi negatif atau depresi yang dialami beberapa orang saat liburan yang mereka jalani berakhir. Meskipun berlibur dapat membantu menghilangkan stres dan memperbaiki suasana hati, efek positifnya mungkin tidak selalu bertahan saat pulang ke rumah.
Orang mungkin mengalami rasa tidak nyaman secara emosional, nostalgia ketika di kampung halaman yang membuat mereka ogah kembali ke kantor. Bisa juga karena peningkatan stres saat kembali ke rutinitas, pekerjaan, yang mereka hadapi di kantor. Semua ini bisa terjadi karena kita tidak mengapresiasi yang dimiliki dan cenderung menganggap pekerjaan sebagai beban.
Saat kembali ke rumah setelah liburan, kita mungkin merasakan tekanan untuk segera kembali bekerja dan menjalani rutinitas sehari-hari. Jika kita tidak memiliki perasaan bangga akan pekerjaan, atau merasa yang dikerjakan berharga, kita akan menganggap pekerjaan sebagai beban yang dapat menyebabkan tekanan mental.
Banyak dari generasi hari ini yang mengasosiasikan kantor sebagai tempat yang menakutkan, pekerjaan sebagai rutinitas yang melelahkan, dan tanggung jawab sebagai hukuman. Padahal hal ini tidak benar dan hanya ada di kepala saja. Kita perlu mengapresiasi pekerjaan dan memiliki rasa hormat pada apa yang kit abuat.
Meskipun penelitian telah menemukan bahwa liburan dapat membantu memperbaiki suasana hati, mengurangi stres mental, dan meningkatkan kepuasan hidup, efek positifnya mungkin hilang dalam minggu pertama setelah kembali ke kehidupan sehari-hari. Banyak orang malah mengalami sebaliknya, libur terlalu lama membuat mereka tumpul, bingung, dan kangen suasana kerja.
Pergi berlibur adalah cara potensial untuk pulih dari stres terkait pekerjaan. Dalam studi tahun 2020 terhadap 60 pekerja, peneliti mengukur perubahan psikologis yang terjadi sebelum, selama, dan setelah liburan. Tidak ada perubahan dalam emosi negatif, stres, dan agresi sebelum liburan, tetapi semuanya menurun secara signifikan sesudahnya.
Peneliti menemukan bahwa beberapa manfaat hanya terjadi pada orang dengan stres kerja rendah. Pada beberapa orang, stres kerja tampaknya menyebar ke periode sebelum dan sesudah liburan, yang dapat mengurangi dampak positif liburan. Beberapa teori seputar depresi pasca liburan mencakup kebutuhan untuk melakukan penyesuaian antara liburan dan rutinitas kehidupan sehari-hari. Lalu apa yang harus dilakukan jika kita mengalami depresi setelah liburan? Beberapa caranya seperti menghubungi teman dan keluarga. Jika liburan membuat kita mendambakan lebih banyak makna dalam hidup, hubungi orang-orang yang berarti bagi Anda. Membangun komunikasi yang sehat terbukti bisa membuat kita bahagia.
Cara lainnya adalah melakukan detoks terhadap hal-hal yang membuat ketagihan. Saat menikmati liburan kita punya kecenderungan untuk menuruti segala yang diinginkan. Detoks yang lembut dapat membantu kita merasa lebih baik secara fisik dan mental. Entah mengurangi makanan yang berlemak, alkohol, atau makanan cepat saji.
Disiplin adalah cara lain untuk mengatasi rasa lelah dan malas. Disiplin membantu kita melatih pikiran dan tubuh kita dan memungkinkan kita untuk fokus pada tujuan kita dan mengatur emosi kita. Ini membantu menjaga perdamaian dan ketertiban masyarakat. Sebagai pekerja, disiplin sangat penting dalam kehidupan mereka.
Disiplin dapat berdampak positif pada kesehatan mental seseorang. Kebiasaan yang teratur dan disiplin dapat membantu mengurangi stres dan kecemasan, mengurangi perasaan kewalahan, dan meningkatkan rasa percaya diri. Disiplin juga dapat membantu seseorang membangun kebiasaan sehat seperti olahraga teratur, tidur yang cukup, dan pola makan yang seimbang, yang semuanya berdampak positif pada kesehatan mental dan fisik.
Namun, penting untuk diingat bahwa disiplin yang berlebihan atau terlalu ketat juga dapat berdampak negatif pada kesehatan mental, seperti meningkatkan kecemasan atau memicu gangguan makan. Oleh karena itu, disiplin harus seimbang dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan individu untuk memberikan dampak positif pada kesehatan mental.
Pada praktiknya disiplin dapat membuat kerja lebih baik karena membantu dalam mengatur waktu dan membuat jadwal yang efektif. Dengan disiplin, seseorang dapat menghindari kecenderungan untuk menunda-nunda pekerjaan atau mengalami kesulitan dalam fokus pada tugas yang diberikan.
Selain itu, disiplin juga dapat membantu dalam menjaga konsistensi dan integritas dalam melakukan pekerjaan. Dengan terus melakukan tugas sesuai jadwal dan dengan cara yang konsisten, seseorang dapat mencapai hasil yang lebih baik dan efektif. Disiplin juga dapat membantu dalam mengembangkan kebiasaan baik dan meningkatkan kemampuan untuk mengatasi tantangan dan hambatan dalam bekerja.