Tulisan Terbaru

Wawasan baru maupun tips

Kisah Lee Su Jin, Pendiri dan Pembuat Apps yang Sukses Switch Karir

Salah satu hal yang membuat pemrograman terus berkembang adalah bagaimana teknologi diadopsi untuk mengatasi masalah. Tidak hanya itu, pemrograman juga sukses membuat orang-orang yang dulunya kurang beruntung, menjadi kaya. Meski demikian banyak programmer yang terjun ke dalam dunia coding bukan untuk mencari uang, tetapi untuk memberikan solusi.

Salah satu kisah sukses pemrograman yang mampu mengubah nasib orang adalah dari cerita Lee Su-Jin, pendiri startup Yanolja. Pada usia 23 tahun, dia hanya seorang cleaning service di love hotel namun sekarang mengantongi kekayaan yang mencapai Rp 29 triliun. Kekayaannya itu berasal dari kemampuan untuk melihat masalah dan mengatasinya.

Lee Su-Jin melihat problem industri penginapan ketika ia bekerja di love hotel di Korea Selatan. Love hotel adalah penginapan yang disewa per jam, biasanya untuk aktivitas seksual. "Hari demi hari, saya merasa sengsara tetapi bertahan. Rasanya seperti mimpi sekarang," ujar Lee Su-jin, dikutip dari Bloomberg News.

Saat bekerja serabutan itu, Lee Su-Jin mengumpulkan uang. Dari hasil pendapatannya itu dia investasi untuk saham dan berbisnis, namun sayang ternyata gagal. Meski demikian kegagalan itu menjadi poin penting bagi kehidupannya. Ia kembali tinggal di love hotel dan melihat masalah yang ada dan berusaha merumuskan solusi.

Lee Su-Jin kembali ke hotel dengan tujuan membangun komunitas hotel dari pasokan handuk, tisu toilet, dan pemilik hotel. Ia melihat banyak orang Korea Selatan ogah menginap di Love Hotel karena stigma buruk dan menjijikkan, ia kemudian memanfaatkan teknologi untuk mengatasi hal tersebut. Mulai dari perbaikan citra, pengembangan manajemen, hingga pemasaran.

Pada 2005, dia mantap mendirikan platform bernama Yanolja atau artinya 'hey lets play'. Ternyata aplikasi itu cukup populer bagi mereka yang ingin memesan love hotel atau motel di Korea Selatan. Dia berusaha mengubah citra buruk hotel dari kebusukan, seks, perselingkuhan dan bunuh diri dengan membujuk para pemilik penginapan untuk memperbaiki kualitas layanan.

Lee Su-Jin ingin fasilitas penginapan yang dulunya cuma dipake menginap semalam, bisa lebih baik agar dapat dipakai oleh pebisnis, keluarga, dan turis asing. Upayanya berbuah manis, citra love hotel akhirnya berubah. Tak sampai di sana, dia juga mengembangkan bisnis dengan cloud untuk membantu mengelola sistem reservasi dan analisis big data agar bisa memprediksi perilaku pelanggan.

Yanolja awalnya merupakan portal pencarian online untuk love hotel. Di dalamnya mereka, juga mencantumkan kamar hotel dan wisma dengan harga mulai dari 50.000 won ($41,86) per malam hingga level hotel bintang lima. Mereka semakin berkembang setelah memasuki kemitraan strategis dengan Booking, di mana pengguna Yanolja dapat melihat berbagai akomodasi dari tempat menginap.

Yanolja telah bekerja sama dengan 17 ribu hotel. Startup itu juga berisi 350 pegawai, yang sebagian besarnya berfokus pada riset dan pengembangan termasuk software dan desain. Ia membuktikan bahwa pemrograman bisa jadi solusi atas problem yang ada, caranya dengan melakukan analisis dan pendekatan yang tepat.

Bisnis Lee Su-Jin berkembang dengan baik, ia kemudian melibatkan keluarganya, istri dan dua anak untuk mengembangkan Yanolja. Hal ini sebagai upaya membuat bisnisnya dekat dengan keluarga dan bisa lebih mensejahterakan. Hal ini juga sukses membuat keluarga Le Su-Jin jadi pemilik saham mayoritas.

Pendapatan perusahaan juga mencatatkan hasil positif. pada kuartal I-2022, Yanolja mendapatkan 10,5 miliar won (Rp 114,3 miliar) atau naik 19% dari periode yang sama. Sementara laba bersihnya melonjak dari 8,8 miliar won (Rp 95,8 miliar) ke 9 miliar won (Rp 97,9 miliar).

Yanolja dilaporkan IPO di bursa Amerika Serikat (AS) pada Q3-2022. Perusahaan ini didukung sejumlah nama besar, misalnya Softbank Vision Fund 2 sebagai pemegang saham terbesar, serta GIC Singapura, Booking.com, dan Skylake Investment yang dipimpin mantan eksekutif Samsung Electronics Chin Dae-jae.

Forbes melaporkan valuasi Yanolja pada Juli 2021 menyentuh angka US$6,7 miliar (Rp 105,8 triliun). Lee Su-Jin kabarnya memiliki 16,54% saham di perusahaan itu, sementara istri dan dua putrinya sebesar 15,8%. Kekayaan keluarga tersebut mencapai US$2 miliar atau Rp 29 triliun.

Sumber:

Refactory

Refactory adalah pengaktif teknologi digital di Indonesia. Sejak didirikan pada 2015 di Surabaya dan membuka Bootcamp kelas pertama pada 2017 di Bandung, Refactory telah berkembang melebihi Bootcamp dengan menambah berbagai solusi untuk memberdayakan anak-anak muda Indonesia melalui pemrograman, serta membantu perusahaan di tingkat nasional maupun mancanegara untuk merealisasikan potensi mereka.

Kantor Utama di Jl. Palagan Tentara Pelajar Km. 9,8 Sleman, DI Yogyakarta 55581 - Indonesia

© 2017-2024 PT. BIXBOX TEKNOLOGI PERKASA. All rights reserved.