Tulisan Terbaru

Wawasan baru maupun tips

Ancaman Tiktok Shop Bagi UMKM

TikTok Shop merupakan ancaman bagi bisnis kecil karena memiliki potensi untuk menarik perhatian konsumen dengan cepat dan mempengaruhi perilaku pembelian impulsif. TikTok Shop berbasis pada aplikasi video pendek yang sangat populer, di mana merek dan pedagang dapat memamerkan produk mereka melalui konten video yang menarik. Konten video cenderung lebih menarik perhatian daripada iklan tradisional, dan hal ini dapat meningkatkan kesadaran merek dan menggugah minat konsumen.

Konten video yang menarik di TikTok Shop dapat menyebabkan pembelian impulsif, dimana konsumen membeli barang tanpa pertimbangan yang mendalam atau perencanaan sebelumnya. Ini dapat menguntungkan bagi bisnis yang mampu menarik minat konsumen dengan cepat, tetapi bisa menjadi tantangan bagi bisnis kecil yang mungkin tidak memiliki sumber daya pemasaran besar untuk bersaing dalam menciptakan konten yang menarik.

TikTok Shop telah berkembang di beberapa negara Asia Tenggara yang memiliki jumlah pengguna TikTok yang besar, seperti Indonesia dan Filipina. Perluasan ini memberi kesempatan bagi bisnis besar untuk mencapai pangsa pasar yang lebih luas, sementara bisnis kecil mungkin kesulitan untuk bersaing dalam skala yang sama.

TikTok Shop juga bersaing dengan platform e-commerce lainnya seperti Shopee dan Lazada. Persaingan yang ketat ini dapat membuat bisnis kecil kesulitan untuk menarik perhatian konsumen dan membangun basis pelanggan yang kuat.Meskipun TikTok Shop menawarkan kesempatan untuk mencapai audiens yang besar, hal ini juga bisa menjadi mahal bagi bisnis kecil yang harus mengeluarkan biaya tinggi untuk menciptakan dan mempromosikan konten yang menarik.

Bagi bisnis kecil, memiliki infrastruktur logistik yang kuat untuk mengelola persediaan, pengiriman, dan retur dapat menjadi tantangan. Ini adalah aspek penting dalam menjalankan bisnis e-commerce yang berhasil, dan bisnis kecil mungkin kesulitan untuk bersaing dengan platform yang telah memiliki infrastruktur yang mapan.

TikTok Shop merupakan ancaman yang semakin meningkat bagi pemain e-commerce besar seperti Shopee dan Lazada di Asia Tenggara. TikTok Shop adalah pasar e-commerce dari aplikasi video pendek TikTok, yang dimiliki oleh perusahaan teknologi Tiongkok, ByteDance. Aplikasi belanja ini memungkinkan pedagang, merek, dan kreator untuk memamerkan dan menjual barang dagangan mereka kepada pengguna.

Pada tahun 2022, TikTok Shop berkembang ke enam negara Asia Tenggara — Singapura, Malaysia, Indonesia, Filipina, Vietnam, dan Thailand. Menurut data internal yang diperoleh oleh outlet media teknologi, The Information, total nilai barang yang dijual di TikTok Shop (GMV) melonjak lebih dari empat kali lipat menjadi 4,4 miliar dolar AS di Asia Tenggara pada tahun 2022. Dilaporkan bahwa TikTok Shop menargetkan GMV sebesar 12 miliar dolar AS pada tahun 2023.

TikTok Shop terus berkembang pesat di Asia Tenggara, terutama karena jumlah pengguna TikTok di kawasan ini mencapai 135 juta pada Mei, menurut perusahaan riset pasar, Insider Intelligence. Indonesia memiliki jumlah pengguna TikTok terbesar kedua setelah Amerika Serikat, menurut Statista. Di Indonesia, TikTok memiliki sekitar 113 juta pengguna, dan banyak dari mereka melakukan pembelian impulsif setelah menonton konten di platform tersebut.

TikTok Shop juga telah mencuri perhatian pelanggan dari platform e-commerce lainnya seperti Shopee dan Lazada. Survei oleh perusahaan riset ritel online, Cube Asia, menunjukkan bahwa pengguna TikTok Shop mengurangi belanja mereka di Shopee (-51%), Lazada (-45%), dan belanja offline (-38%) di Indonesia, Thailand, dan Filipina. Ini artinya UMKM di Indonesia, yang tak terafiliasi dengan Tiktok akan terancam.

UMKM dengan minimnya promosi, modal yang kecil, dan barang yang monolitik susah bersaing dengan TikTok Shop. Saat ini dengan fitur pembelian dari luar negeri, harga ongkir yang murah, dan juga pembelian yang bisa dilakukan 24 jam, TikTok Shop mengancam banyak UMKM di Indonesia. Tidak hanya karena mereka memiliki modal yang besar, namun jangkauan pengguna yang sangat luas.

Namun, ada beberapa tantangan yang dihadapi TikTok Shop dalam persaingan dengan Shopee dan Lazada. TikTok Shop sedang menghabiskan uang dalam jumlah besar untuk menarik pembeli dan penjual dengan memberikan insentif. Strategi ini memang bisa membantu mendapatkan pangsa pasar, tetapi berpotensi tidak berkelanjutan dalam jangka panjang. Selain itu, Shopee dan Lazada memiliki infrastruktur logistik yang lebih kuat dan telah berinvestasi dalam meningkatkan pengalaman pengguna secara keseluruhan.

Walau begitu, para analis percaya bahwa TikTok Shop memiliki potensi untuk menjadi sebesar Shopee atau Lazada di masa depan, meskipun ini mungkin memerlukan waktu beberapa tahun untuk mencapainya. Dengan demikian, persaingan antara platform e-commerce ini di Asia Tenggara kemungkinan akan semakin ketat di masa mendatang.

Sumber:

Refactory

Refactory adalah pengaktif teknologi digital di Indonesia. Sejak didirikan pada 2015 di Surabaya dan membuka Bootcamp kelas pertama pada 2017 di Bandung, Refactory telah berkembang melebihi Bootcamp dengan menambah berbagai solusi untuk memberdayakan anak-anak muda Indonesia melalui pemrograman, serta membantu perusahaan di tingkat nasional maupun mancanegara untuk merealisasikan potensi mereka.

Kantor Utama di Jl. Palagan Tentara Pelajar Km. 9,8 Sleman, DI Yogyakarta 55581 - Indonesia

© 2017-2024 PT. BIXBOX TEKNOLOGI PERKASA. All rights reserved.