Tulisan Terbaru

Wawasan baru maupun tips

Ancaman AI bagi Aktor dan Aktris Dalam Industri Film

AI atau kecerdasan buatan telah mengalami perkembangan pesat dalam beberapa tahun terakhir dan memiliki potensi untuk mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk industri hiburan seperti dunia akting. Baru-baru ini serikat aktor dan penulis di Amerika memprotes penggunaan AI dalam film, ini karena mereka menduga akan banyak pekerjaan yang dihilangkan jika AI digunakan.

Saat ini AI telah digunakan dalam produksi film dan televisi untuk menciptakan karakter dan efek visual yang realistis. Kemampuan AI dalam menghasilkan karakter digital yang mendekati manusia bisa mengancam pekerjaan aktor dan aktris dalam beberapa peran tertentu, terutama yang melibatkan karakter yang non-manusia.

Selain itu teknologi deepfake yang menggunakan AI dapat menciptakan video dan audio palsu dengan menggunakan wajah dan suara aktor atau aktris tertentu. Hal ini dapat menyebabkan penyebaran informasi palsu atau pembuatan konten yang merugikan citra publik aktor dan aktris. Tentu hal ini akan mempengaruhi baik kualitas maupun produk yang dibuat oleh studio.

Penggunaan AI dalam proses audisi dapat mempengaruhi bagaimana seleksi aktor dan aktris dilakukan. Audisi virtual menggunakan teknologi AI dapat mengurangi interaksi langsung antara aktor dan sutradara, sehingga aktor mungkin harus bersaing dengan algoritma dan analisis data dalam mendapatkan peran. Sejauh ini ada hal yang perlu dilakukan agar para aktor bisa dilindungi.

Penggunaan AI dalam analisis data dan klasifikasi perilaku juga dapat mempengaruhi reputasi aktor dan aktris. Data pribadi mereka dapat digunakan untuk profil, analisis, atau bahkan manipulasi, yang bisa menimbulkan masalah privasi dan keamanan. AI dapat digunakan untuk menghasilkan konten atau karya seni yang meniru gaya atau karakteristik unik dari aktor dan aktris tertentu. Ini bisa menyebabkan potensi pencurian hak cipta atau pencemaran nama baik.

Meskipun ada beberapa ancaman yang muncul dari perkembangan AI, penting untuk diingat bahwa teknologi ini juga membawa peluang dan kemajuan. Aktor dan aktris dapat memanfaatkan AI untuk meningkatkan keterampilan mereka dalam seni peran, memahami tren industri yang sedang berkembang, atau bahkan menciptakan karya seni baru yang inovatif. Namun, seiring dengan kemajuan teknologi, penting bagi aktor dan aktris untuk tetap beradaptasi, belajar, dan terus berkembang untuk menghadapi tantangan baru yang mungkin muncul.

Saat ini penggunaan AI dalam menciptakan karakter digital yang realistis dapat mengancam keberlangsungan karier aktor dalam beberapa peran tertentu. Jika karakter non-manusia dapat dihasilkan dengan teknologi AI, peran yang sebelumnya memerlukan kehadiran aktor manusia bisa digantikan, sehingga mengurangi peluang pekerjaan bagi aktor.

Penggunaan teknologi deepfake yang menggunakan AI dapat menghasilkan video dan audio palsu dengan wajah dan suara aktor. Hal ini bisa menyebabkan penyebaran informasi palsu atau mencemari citra publik aktor tanpa persetujuan mereka. Aktor mungkin merasa kehilangan kendali atas citra mereka dan khawatir tentang dampak negatif yang mungkin ditimbulkan oleh konten palsu tersebut.

Jika karakter digital yang dihasilkan oleh AI semakin realistis dan menarik, aktor mungkin merasa harus bersaing dengan karakter digital tersebut dalam mendapatkan peran. Hal ini bisa mengurangi penghargaan dan apresiasi terhadap keterampilan dan bakat mereka sebagai aktor. Penggunaan AI dalam analisis data perilaku dapat menimbulkan kekhawatiran tentang privasi dan keamanan data pribadi aktor. Data mereka dapat digunakan untuk profil, analisis, atau bahkan manipulasi tanpa persetujuan mereka.

Meskipun beberapa aktor mungkin memprotes penggunaan AI dalam film karena alasan-alasan di atas, ada juga beberapa aktor yang melihat penggunaan AI sebagai peluang untuk berkolaborasi dengan teknologi dan menghadirkan karya seni yang lebih inovatif dan menarik.

Para aktor mengatakan bahwa mereka tidak dibayar dengan adil dan sangat khawatir tentang konsekuensi potensial penggunaan AI dalam industri ini — kekhawatiran yang juga dirasakan oleh para penulis yang mogok sejak awal Mei. Mereka mengatakan bahwa pertarungan ini bukan tentang selebriti yang menghasilkan jutaan dolar per film, tetapi tentang aktor yang masih berusaha meraih kesuksesan dalam industri yang berubah dengan cepat akibat munculnya layanan streaming.

SAG-AFTRA mengatakan bahwa layanan streaming telah menyebabkan pengurangan pembayaran residual (pembayaran yang diberikan ketika sebuah acara atau film ditayangkan kembali), dan upah minimum harian yang tidak sebanding dengan inflasi. Serikat ini mengatakan bahwa studio ingin membayar aktor hanya beberapa ratus dolar untuk memindai gambar mereka dan menggunakannya secara permanen melalui AI.

Sumber:

Refactory

Refactory adalah pengaktif teknologi digital di Indonesia. Sejak didirikan pada 2015 di Surabaya dan membuka Bootcamp kelas pertama pada 2017 di Bandung, Refactory telah berkembang melebihi Bootcamp dengan menambah berbagai solusi untuk memberdayakan anak-anak muda Indonesia melalui pemrograman, serta membantu perusahaan di tingkat nasional maupun mancanegara untuk merealisasikan potensi mereka.

Kantor Utama di Jl. Palagan Tentara Pelajar Km. 9,8 Sleman, DI Yogyakarta 55581 - Indonesia

© 2017-2024 PT. BIXBOX TEKNOLOGI PERKASA. All rights reserved.