Tulisan Terbaru

Wawasan baru maupun tips

Mengapa Manusia Haus Validasi di Sosial Media?

Fokus baru-baru ini pada masalah kesehatan mental terkait media sosial telah menimbulkan kekhawatiran tentang dampak negatif dari postingan orang lain terhadap kesejahteraan individu. Meskipun dapat menjadi sarana untuk tetap terhubung dan berbagi informasi, itu juga dapat menyebabkan perilaku pencarian penghiburan yang berlebihan dan upaya tidak sehat untuk mendapatkan validasi dari orang lain, menunjukkan ketergantungan pada opini eksternal untuk merasa baik tentang diri sendiri.

Pencarian penghiburan, yang melibatkan pencarian konfirmasi bahwa segalanya baik-baik saja, umum terjadi dari waktu ke waktu. Namun, hal ini menjadi masalah ketika menjadi sering dan ketergantungan terhadapnya tumbuh. Ini terlihat dalam skenario seperti individu memposting gambar yang mengungkapkan untuk meningkatkan rasa percaya diri atau berlebihan dalam membagikan masalah pribadi untuk menerima komentar positif.

Siklus mencari validasi dan penghiburan di media sosial dapat menjadi adiktif, memberikan kenyamanan sementara tetapi tidak mengatasi akar masalah. Ketergantungan pada umpan balik eksternal ini mempertahankan masalah dan menghambat pertumbuhan pribadi serta pemecahan masalah.

Menghentikan siklus ini melibatkan praktek posting yang penuh perhatian dan mengevaluasi motivasi sebelum membagikan konten. Jika pencarian persetujuan atau penghiburan adalah motifnya, pertimbangkan kembali keperluan posting tersebut. Pendekatan efektif dalam mengatasi masalah melibatkan tindakan yang langsung mengatasi kekhawatiran, seperti membatasi paparan konten yang memicu atau mencari solusi kehidupan nyata untuk masalah kesepian atau hubungan.

Belajar memvalidasi diri sendiri, berlatih kesadaran diri, dan mencari bantuan profesional adalah cara alternatif untuk mengelola masalah tanpa bergantung pada validasi media sosial. Meskipun media sosial memiliki penggunaan positif, penting untuk memperhatikan motivasi di balik postingan. Mengatasi siklus mencari penghiburan dan validasi dari media sosial melibatkan langkah aktif untuk mengatasi masalah mendasar dan mencari validasi diri sendiri serta pertumbuhan melalui cara yang lebih sehat.

Kecanduan media sosial pada manusia dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang saling terkait. Penggunaan media sosial sering kali memberikan dorongan positif yang cepat dan instan, menghasilkan pelepasan hormon dopamin dalam otak yang terkait dengan sensasi kenikmatan. Notifikasi, like, komentar, atau reaksi dari postingan bisa menjadi hadiah yang memicu rasa senang dan membuat pengguna ingin merasakannya lagi.

Selain itu kita sebagai manusia cenderung ingin merasa terhubung dengan orang lain dan tidak ingin ketinggalan informasi atau pengalaman yang sedang terjadi. Ketakutan akan melewatkan sesuatu yang penting atau menarik seringkali mendorong orang untuk terus memeriksa media sosial demi merasa terhubung.

Dampaknya adalah, kita kerap butuh terhubung dan lebih jauh, mendapatkan validasi dari orang lain yang kita anggap penting. Menerima likes, komentar, dan reaksi positif dari postingan dapat memberikan rasa validasi dan pengakuan. Orang cenderung mencari penghargaan dan perhatian dari orang lain, dan media sosial dapat menjadi cara cepat untuk merasa diakui.

Sifat media sosial yang selalu aktif memungkinkan akses tanpa henti, sehingga sulit bagi pengguna untuk mengatur batasan waktu dan menghentikan penggunaan. Kecanduan dapat terjadi saat pengguna tidak dapat mengontrol keinginan untuk terus berinteraksi di platform tersebut. Beberapa orang mungkin mencari pelarian dari stres, kebosanan, atau masalah emosional dengan menggunakan media sosial. Dengan menyibukkan diri di platform ini, mereka dapat mengalihkan perhatian dari masalah mereka.

Kecanduan media sosial bisa memiliki dampak negatif pada kesejahteraan mental dan emosional, mengganggu interaksi sosial dalam kehidupan nyata, dan mengurangi produktivitas. Oleh karena itu, penting bagi individu untuk mengembangkan kesadaran diri dan keterampilan pengendalian diri dalam penggunaan media sosial.

Sumber: https://www.psychologytoday.com/intl/blog/liberate-yourself/202111/using-social-media-reassurance-and-validation

Refactory

Refactory adalah pengaktif teknologi digital di Indonesia. Sejak didirikan pada 2015 di Surabaya dan membuka Bootcamp kelas pertama pada 2017 di Bandung, Refactory telah berkembang melebihi Bootcamp dengan menambah berbagai solusi untuk memberdayakan anak-anak muda Indonesia melalui pemrograman, serta membantu perusahaan di tingkat nasional maupun mancanegara untuk merealisasikan potensi mereka.

Kantor Utama di Jl. Palagan Tentara Pelajar Km. 9,8 Sleman, DI Yogyakarta 55581 - Indonesia

© 2017-2024 PT. BIXBOX TEKNOLOGI PERKASA. All rights reserved.